focuz photography

Begitu juga dengan foto-foto pre wedding. Foto-foto pre wedding adalah cuplikan masa-masa indah calon kedua pengantin sebelum memasuki jenjang pernikahan. Kelak, foto-foto itu akan menjadi kisah masa lalu yang indah untuk diceritakan kepada anak dan cucu. Foto pre wedding juga bisa menjadi obat penawar ketika sebuah rumah tangga memasuki saat yang suram dan getir. Dengan melihat foto-foto masa lampau yang penuh kebahagiaan, kekuatan terhadap komitmen yang telah dibuat sebelumnya bisa menyala dan kembali “hidup”.
Ada dua macam fotografi pre wedding, yakni outdoor pre wedding dan indoor pre wedding. Kebanyakan calon pengantin lebih memilih pemotretan outdoor pre wedding ketimbang pemotretan indoor pre wedding. Sebab, dalam outdoor pre wedding, selain lokasinya bervariasi, calon pengantin juga bisa lebih berekspresi dan menikmati sesi pemotretan.
Outdoor Pre Wedding Photography

Sama seperti semua elemen dalam dunia pernikahan, foto pre-weddingjuga memiliki tren sendiri. Pada awalnya, banyak pasangan yang memilih lokasi pemotretan di museum, taman kota, kebun teh di daerah puncak, atau di pantai. Pose-posenya pun masih terbilang klasik: berpegangan tangan seraya berpelukan atau memandang satu sama lain.
Lalu, mungkin karena merasa lokasi-lokasi tadi sudah biasa, banyak pasangan yang memberanikan diri melangkah ke kelas yang lebih tinggi, misalnya dengan memilih pemotretan outdooryang lokasinya terbilang jauh, seperti di Singapura, Eropa, atau Amerika. Bahkan dalam urusan posenya, sudah banyak pula yang menerapkan style ala majalah fashion.
Dalam fotografi pre wedding, sedikitnya ada lima faktor yang sangat mempengaruhi hasil foto outdoor. Kelima faktor tersebut yakni:
Konsep yang Matang
Contoh konsep foto yang paling sederhana adalah yang menerapkan tema casual. Di sini calon pengantin cukup mengenakan pakaian santai/casual seolah-olah mereka sedang berlibur di sebuah tempat atau daerah yang menyenangkan. Kostum kedua calon pengantin harus sesuai dengan tema yang akan diangkat. Jangan mengenakan kostum yang sobek, warnanya pudar, atau terkena noda karena bisa mengganggu foto secara keseluruhan. Juga jangan memakai kostum yang tidak nyambung dengan konsep.
Konsep lainnya bisa diciptakan sesuai kehendak hati, misalnya bertema profesi atau hobi. Sebagai contoh, memakai kostum tentara, polisi, pilot, dan lain sebagainya. Atau bisa juga dengan melakukan kegiatan seperti memancing, menyelam, hiking, piknik, dan lain-lain.
Kecakapan sang Fotografer

Sumber cahaya, arah lampu, serta angle juga termasuk di dalamnya. Misalnya, jika yang ingin dibangun adalah suasana hutan, maka segi cahaya harus dibuat dengan sedikit gelap. Atau jika background-nya sebuah istana, maka dengan bantuan sedikit peralatan, pengaturan tata lampu, serta permainan warna yang jelas-jelas menonjolkan keadaannya, maka anda akan benar-benar serasa berada di istana.
Yang lebih penting adalah fotografer jenis ini harus benar-benar berpengalaman dalam memotret foto landscape atau pemandangan. Sebab, fotografer indoor belum tentu mahir saat beraksi di alam terbuka. Begitu juga sebaliknya, fotograferoutdoor belum tentu mahir memotret obyek di dalam studio.
Peralatan yang memadai

Kadang keberadaan peta (atau mungkin GPS) juga membantu fotografer dalam menemukan tempat atau spot bagus, khususnya bila sedang hunting di daerah yang tidak ketahui atau lokasi yang baru.
Memang, dengan semakin mudahnya penggunaan software dan semakin canggihnya feature software pengolah gambar, kesalahan pada saat pemotretan bisa diatasi. Tapi penggunaan alat-alat tersebut kadang tidak diperlukan. Sebab, yang terbaik tetap saja foto yang natural atau yang tidak “dipermak” habis-habisan.
Lokasi Pemotretan yang Cocok
Jangan asal memilih lokasi pemotretan, pilihlah lokasi yang betul-betul indah untuk diabadikan. Jika lokasi pemotretan kurang indah, biasanya fotografer hanya akan mengambil foto-foto secara close up. Jika memang demikian, maka hasilnya tidak akan berbeda jauh dengan hasil foto studio. Cuaca di lokasi pemotretan juga berpengaruh sekali terhadap keindahan hasil akhir foto outdoor. Tapi, biasanya, yang menjadi lokasi pemotretan pre-wedding adalah museum-museum, taman kota, kebun teh di daerah puncak, atau pantai.

Atau bisa juga menggunakan latar kampus bila memang kedua calon pengantin bertemu pertama kali di kampus yang sama, lengkap dengan dandanan seperti dulu ketika masih menyandang status mahasiswa. Calon pengantin juga bisa mengingat kenangan yang paling indah pada saat pertama kali bertemu dan mengejawantahkannya dalam bentuk pose-pose. Dijamin seru!
Bahkan tempat-tempat yang tidak biasa juga bisa dijadikan latar yang menarik, misalnya di tengah padatnya lalu-lintas, di dalam bus transJakarta, di pasar kaget malam hari, halte, jembatan penyeberangan, atau bahkan di mal. Pemoteratan dengan ide-ide tidak biasa ini sangat menarik dan membutuhkan keberanian karena si pasangan harus berekspresi di area publik.
Pose dan Ekspresi

Untuk mendapatkan suasana bahagia saat pemotretan, biasanya fotografer membiarkan pasangan bermain-main sendiri seakan-akan tidak sedang difoto. Si pasangan sebisa mungkin bersikap seolah-olah menjadi dua anak remaja yang sedang dimabuk asmara. Pada saat itulah biasanya tawa lepas dari pasangan muncul. Sebab, tertawa adalah cara termudah dalam memunculkan karakter bahagia. Jadi, perbanyak tawalah saat menjalani sesi pemotretan ini
* dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar