Senin, 08 November 2010 | 06:12 WIB
Sejumlah pesawat tidak dapat tinggal landas di Bandara Helsinki (16/4). Awan abu raksasa dari letusan gunung berapi Islandia mengakibatkan jadwal penerbangan kacau dan ratusan dari ribuan penumpang terabaikan. REUTERS/Kimmo Mantyla/Lehtikuva
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengalaman masa lalu tak pernah dusta. Itulah yang kini jadi pegangan maskapai penerbangan asing sehingga mereka takut terbang ke Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang. Sejarah mencatat, abu vulkanik adalah pembunuh mesin jet yang andal. Itulah yang terjadi saat Gunung Galunggung di Tasikmalaya, Jawa Barat, meletus. Gunung yang saat itu memuntahkan 100 juta meter kubik bahan vulkanik tersebut tanpa disadari telah menebar maut di angkasa.
Pada 24 Juni 1982, pesawat British Airways tipe Boeing 747-200 yang terbang dari London, Inggris, menuju Auckland, Selandia Baru, nyaris celaka. Tiba-tiba empat mesinnya mati. Pesawat pun jatuh dari ketinggian 36 ribu kaki atau 10,8 kilometer ke 12 ribu kaki atau 3 kilometer. Untungnya, kejadian itu hanya berlangsung satu menit.
Harian Inggris, The Guardians, melaporkan keadaan itu. Seorang teknisi pesawat menuturkan, saat itu pesawat tengah menembus awan dan tiba-tiba mesin mati. "Saya nyaris tak percaya, empat mesin mati mendadak." Kru pesawat sempat panik. Kapten pilot mengumumkan dengan suara yang suram, "Tuan dan Nyonya, di sini kapten Anda berbicara. Ada sedikit masalah. Empat mesin kami mati mendadak. Tapi kami berusaha keras untuk mengatasinya. Saya percaya Anda tak terlalu terganggu oleh keadaan ini."
Petaka serupa dialami KLM. Pesawat maskapai asal Belanda ini sempat kehilangan tenaga selama lima menit saat terbang di dekat Anchorage, Alaska. Pesawat Boeing 747 Jetliner itu terkena abu vulkanik Gunung Api Redoubt. Empat mesinnya mati. Itu membuat pesawat jatuh sejauh 3,2 kilometer. Mesin pesawat memang akhirnya bisa dihidupkan. Tapi pesawat ini akhirnya butuh US$ 80 juta (Rp 720 miliar) untuk perbaikan.
Dosen teknik dirgantara Institut Teknologi Bandung, Hari Muhammad, mengatakan debu vulkanik adalah salah satu musuh utama bagi pesawat terbang jenis apa pun, baik itu pesawat komersial bermesin jet maupun helikopter.
Sebab, mesin pesawat membutuhkan udara bersih sebagai campuran bahan bakar ketika terbang. “Kalau (udara) yang masuk campur debu, itu akan mematikan mesin pesawat,” ujarnya kemarin.
Umumnya, pesawat komersial terbang pada ketinggian 10 sampai 12 kilometer. Di ketinggian itu pula sebaran debu vulkanik biasanya berada.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan abu letusan Merapi belum mengganggu penerbangan dari dan ke Jakarta. “Secara meteorologis, penerbangan terganggu apabila jarak pandang kurang dari 1 kilometer,” kata Kepala Sub-Bidang Cuaca Ekstrem BMKG, Kukuh Ribudiyanto, dalam kesempatan terpisah.
Kukuh mengatakan debu vulkanik Merapi memang sudah sampai ke Jakarta dan beberapa daerah di dekatnya, seperti Bogor dan Puncak, malam tadi. “Tapi partikelnya kecil, sifatnya lembut,” ujarnya.
L ANWAR SISWADI | JONIANSYAH | PUTI NOVIYANDA | BBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar