Senin, 8 November 2010 | 06:53 WIB
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Warga melintas di kawasan Tugu yang diselimuti abu vulkanik akibat letusan Gunung Merapi di Jalan Mangkubumi, Yogyakarta, Sabtu (30/10/2010). Siapa menyagka debu dan pasir vulkanik ini sangat bernilai ekonomi.JAKARTA, KOMPAS.com - Pasir yang terkandung dalam material vulkanik yang dimuntahkan gunung api, termasuk Gunung Merapi, merupakan pasir kualitas terbaik untuk bahan bangunan. Adapun debu gunung berapi sangat baik digunakan untuk mengembalikan kesuburan tanah.
Dosen Vulkanologi yang juga Kepala Pusat Studi Manajemen Bencana Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno, saat dihubungi dari Jakarta pada Minggu (7/11/2010) mengatakan, fungsi pasir gunung api sebenarnya sama dengan pasir biasa. Namun, kandungan silika (SiO) yang tinggi membuat kualitasnya menjadi sangat baik.
Pasir gunung api baik digunakan untuk penjernih air. Pola silika yang berujung runcing membuat kemampuan pasir menyerap partikel tidak diinginkan jauh lebih baik ketimbang pasir biasa. Meski demikian, penggunaan pasir gunung api sebagai penjernih air tetap membutuhkan bahan lain, seperti zeolit dan arang kayu.
"Dalam penjernih air, fungsi pasir gunung api hanya menggantikan fungsi pasir biasa," katanya.
Pasir gunung api juga sangat baik digunakan untuk bahan beton. Ujung silika yang runcing membentuk partikel yang memiliki sudut. Pola partikel bersudut itulah yang membuat ikatan pasir gunung api dengan semen menjadi lebih kuat.
Pasir biasa memiliki ujung bulat sehingga kekuatan ikatannya dengan bahan pembuat beton lainnya lebih lemah.
Dosen Panas Bumi dan Gunung Api Institut Teknologi Bandung, Asnawir Nasution, mengatakan, selain silika, pasir gunung api juga memiliki kandungan besi (FeO). Kandungan besi pasir gunung api sangat baik karena belum mengalami pelapukan sehingga baik untuk campuran bahan bangunan.
"Pasir gunung api juga memiliki kandungan lempung yang sangat sedikit. Selain membuat beton semakin kuat, sedikitnya lempung juga akan meningkatkan daya tahan beton dan membuat tingkat kekeroposan beton lebih rendah," ucapnya.
Di Jawa Tengah pasir Gunung Merapi menjadi incaran, sedangkan di Jawa Barat pasir Gunung Galunggung menjadi primadona. Menurut Asnawir, harga pasir Gunung Galunggung bisa mencapai Rp 900.000 per truk, sedangkan pasir biasa yang didatangkan dari Garut hanya dihargai Rp 500.000 per truk.
Unsur hara
Eko mengatakan, material vulkanik yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan hanya yang berupa pasir atau kerikil. Material berukuran besar itu hanya terdapat di sekitar letusan gunung api. Jika mencermati letusan Gunung Merapi saat ini, pasir yang dapat dipergunakan diperkirakan hanya yang berada dalam radius 15 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Material debu hanya dapat dimanfaatkan untuk memperkaya unsur hara dalam tanah. Kandungan unsur hara material gunung api dapat digunakan untuk menetralisasi "kecapaian" tanah yang selama ini banyak diberi pupuk anorganik.
Menurut Asnawir, fungsi pasir gunung api sebagai pupuk sangat ditentukan oleh ketebalan dan lokasinya. Pasir gunung yang tebal belum dapat digunakan langsung karena masih panas dan kandungan gasnya tinggi.
Dalam kasus Gunung Galunggung, lingkungan gunung yang hancur akibat debu hanya membutuhkan waktu satu tahun untuk berubah menjadi hijau kembali. "Debu yang mencapai daerah jauh, seperti debu Merapi di Bandung, tetap sulit dimanfaatkan. Debu yang tipis akan mudah terbawa air hujan dan angin sehingga sulit untuk dimanfaatkan," tuturnya.
Membersihkan
Menurut Eko, dari kasus letusan Gunung Kelud, masyarakat di sekitar gunung memiliki dua sapu panjang yang dapat digunakan untuk membersihkan pasir dan debu vulkanik di rumah mereka.
Sapu pertama yang dicelupkan ke air difungsikan untuk membasahi pasir agar mudah ditarik ke bawah. Adapun sapu kedua yang dilengkapi penampung debu digunakan untuk menarik material lembab yang berada di atas genteng.
Material di atas genteng jangan disiram dengan air karena justru akan menambah berat material sisa gunung api. Karena beban bertambah, kondisi itu bisa memicu ambruknya rumah.
"Teknik melembabkan material di atas genteng dan penggunaan sapu panjang ini bisa diterapkan dalam kasus di Merapi," katanya. (MZW)
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar